Kamis, 12 September 2013

Teknik Fisika Sebagai Pelopor Integrated Engineering Di Indonesia

Teknik Fisika Sebagai Pelopor Integrated Engineering Di Indonesia
Oleh: Robet Fransiska M. A. (13310088)

Kenapa masuk FT? Pertanyaan tersebut seringkali muncul di benak para mahasiswa Teknik Fisika ITB. Bukan hanya mahasiswa yang baru lulus TPB, bahkan tidak jarang mahasiswa tingkat akhir pun masih bertanya-tanya tentang tujuan masuk ke program studi yang terkenal dengan lambang tengkorak pada jaket himpunannya. Setiap mahasiswa yang lulus dari pendidikan teknik fisika akan menjadi seorang engineer. Dalam kehidupan sosial, seorang engineer terkadang dipandang sebagai seorang yang ‘freak’ terutama jika mereka mulai berbicara menggunakan bahasa yang khalayak ramai tidak mengerti.  Akan tetapi menjadi seorang engineer sangat menyenangkan bagi sebagian orang.

Scientists study the world as it is, engineers create the world that has never been.  Theodore von Kármán. Bisa dibayangkan ‘keren’ nya bahwa seorang engineer menurut Theodore Von Karman. Seorang engineer tidak hanya mempelajari sesuatu yang telah ada, tapi mereka mengkreasikan sesuatu yang belum pernah ada. Fisika akan tetap menjadi teori jika engineer tidak menemukan aplikasinya. Dari teori mekanika klasik lahir mesin uap, dari teori elektro magnet lahir alat-alat elektronik, dan dari teori kuantum lahir gadget gadget canggih yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh umat manusia.

I am active in organizations like the IEEE to help raise the profile of the engineering community and ensure our voice is heard in key public policy decisions. That’s why I am also passionate about the way engineering should be taught as a profession – not as a collection of technical knowledge, but as a diverse educational experience that produces broad thinkers who appreciate the critical links between technology and society.Norman Augustine. Hubungan antara engineer dengan berbagai society sangat penting. Engineer tidak dapat bekerja sendiri, diperlukan dukungan dari pemerintah, dunia akademik kampus, dan dunia bisnis di industri. Atau lebih tepatnya sinergi dari pihak-pihak tersebut diperlukan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Pemerintah sebagai regulator menetapkan standar produk untuk melindungi konsumen dan ketentuan investasi bagi industri serta menentukan rencana pengembangan teknologi dan pembiayaan riset bagi ilmuwan di dunia akademik.   Begitu pula akademisi menghasilkan hasil riset bagi pengembangan industri serta memberikan advokasi tentang pendidikan riset kepada pemerintah.

Di dalam suatu industri, selalu ada  tuntutan untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas dapat meningkat jika engineer dapat memaksimalkan kombinasi dari total cost, time to market, dan quality. Untuk menjadi seorang engineer yang berkualitas maka diperlukan atribut baik hard skill maupun soft skill. Hard skill meliputi Pengetahuan tentang dasar-dasar engineering, pengetahuan di luar engineering, maupun spesialisasi pada bidang tertentu. Sedangkan Soft skill meliputi fleksibilitas, kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan, komitmen, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam multidisiplin ilmu, berpikir kritis, problem solving, dan berpikir detail.

Saat seorang mahasiswa dari jurusan teknik lulus dan menjadi seorang fresh graduate, biasanya terdapat Gap yang harus mereka atasi untuk dapat menjadi seorang profesional engineer. Seorang fresh graduate memiliki spesialisasi yang telah ditentukan oleh jurusan tempat mereka menimba ilmu selama kuliah. Sedangkan dalam dunia kerja, spesialisasi didapatkan berdasarkan pengalaman seorang engineer selama mengikuti berbagai project. Hal ini menyebabkan adanya ketidakcocokan antara spesialisasi seorang fresh graduate dengan spesialisasi yang harus dihadapi ketika telah bekerja. Pengetahuan teoretik yang didapatkan selama kuliah juga tidak realistis jika diterapkan di dunia kerja yang lebih mengutamakan pengetahuan dari pengalaman. Hal tersebut berimbas pula pada benturan antara ketidaksesuaian hasil simulasi dan riset dengan keadaan di ‘lapangan’ akibat terlalu banyak variabel eksternal di kondisi real industri yang sebelumnya dianggap tidak ada pada saat simulasi. Saat masih kuliah mahasiswa dituntut untuk ahli di bidang tertentu sehingga terkadang melupakan dasar-dasar dari ilmu yang sederhana padahal di dunia kerja fundamental engineering sangat penting dibanding kemampuan satu bidang saat kuliah. Mahasiswa terbiasa memandang permasalahan dalam satu perspektif sedangkan dalam dunia kerja engineer dituntut untuk bisa berpikir secara multidisiplin. Cara untuk mengatasi Gap yang ada adalah belajar dari pengalaman yang didapat selama bekerja dan terus meningkatkan pengetahuan dengan belajar.

Dalam dunia engineering, terdapat bidang yang dinamakan traditional engineering yaitu mechanical, electrical, civil, computer, software, dan chemical. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara traditional engineering dengan integrated engineering. Traditional engineering biasanya memiliki bidang sempit sesuai spesialisasinya sedangkan integrated engineering lebih bersifat luas dan multidisiplin. Traditional engineering memiliki kemampuan yang dalam di bidangnya dan biasanya telah kompeten di bidangnya bahkan sebelum memiliki pengalaman bekerja sedangkan integrated engineering lebih mengandalkan basic knowledge dan fokus pada fundamental engineering sehingga spesialisasi yang dimiliki didapatkan dari pengalaman atau pendidikan lebih lanjut.

Untuk mengatasi perbedaan yang sangat mencolok antar traditional engineering seorang ‘generalis’ dapat menggunakan pendekatan integrasi. Contohnya arus listrik pada electrical yang dapat dianalogikan sebagai flow pada mechanical dan heat flow pada HVAC. Contoh lain adalah tegangan listrik yang dapat dianalogikan menjadi tekanan pada mechanical dan temperatur pada HVAC. Keuntungan menjadi integrated engineer  sangat banyak diantaranya kesempatan kerja luas, dapat memandang masalah dari sudut pandang global, memiliki perspektif multidisiplin, serta dasar pengetahuan yang kuat. Integrated engineer juga memiliki kesempatan berkembang terutama dalam hal spesialisasi bidang. Salah satu contoh bidang integrated engineering adalah jurusan Teknik Fisika ITB.

Untuk menghadapi dunia kerja, lulusan teknik fisika yang pada dasarnya adalah seorang ‘generalis’ dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki jika selalu berpikir strategis tapi beraksi secara taktis. Selain itu, karena kelebihannya sebagai seorang yang memiliki pandangan luas dan multi perspektif seorang lulusan teknik fisika memiliki kesempatan yang sangat besar untuk membuat diri mereka tidak tergantikan dan selalu mampu bekerja dalam tim.Tantangan yang dihadapi lulusan teknik fisika sangat banyak terutama karena jurusan ini langka dan sebagian besar khalayak tidak tahu secara ‘benar’. Oleh karena itu, lulusan teknik fisika harus bekerja keras dan selalu mengembangkan diri. Strong basic leads to strong knowledge, just need to dig deeper because the basic is there. So, play smart!




*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas kuliah kapita selekta dengan pembicara Bapak Adhi Winata Skin Care & Deodorant Manager, Unilever Teknik Fisika ITB angkatan 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar