Teknik Fisika Sebagai Pelopor Integrated
Engineering Di Indonesia
Oleh: Robet Fransiska M. A. (13310088)
Kenapa masuk FT?
Pertanyaan tersebut seringkali muncul di benak para mahasiswa Teknik Fisika
ITB. Bukan hanya mahasiswa yang baru lulus TPB, bahkan tidak jarang mahasiswa
tingkat akhir pun masih bertanya-tanya tentang tujuan masuk ke program studi
yang terkenal dengan lambang tengkorak pada jaket himpunannya. Setiap mahasiswa
yang lulus dari pendidikan teknik fisika akan menjadi seorang engineer. Dalam
kehidupan sosial, seorang engineer terkadang dipandang sebagai seorang yang
‘freak’ terutama jika mereka mulai berbicara menggunakan bahasa yang khalayak
ramai tidak mengerti. Akan tetapi
menjadi seorang engineer sangat menyenangkan bagi sebagian orang.
“Scientists
study the world as it is, engineers create the world that has never been.” Theodore von Kármán. Bisa dibayangkan ‘keren’
nya bahwa seorang engineer menurut Theodore Von Karman. Seorang engineer tidak
hanya mempelajari sesuatu yang telah ada, tapi mereka mengkreasikan sesuatu
yang belum pernah ada. Fisika akan tetap menjadi teori jika engineer tidak
menemukan aplikasinya. Dari teori mekanika klasik lahir mesin uap, dari teori
elektro magnet lahir alat-alat elektronik, dan dari teori kuantum lahir gadget
gadget canggih yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh umat manusia.
“I am active in organizations like the IEEE to help raise the profile
of the engineering community and ensure our voice is heard in key public policy
decisions. That’s why I am also passionate about the way engineering should be
taught as a profession – not as a collection of technical knowledge, but as a
diverse educational experience that produces broad thinkers who appreciate the
critical links between technology and society.” Norman Augustine. Hubungan antara engineer
dengan berbagai society sangat
penting. Engineer tidak dapat bekerja sendiri, diperlukan dukungan dari
pemerintah, dunia akademik kampus, dan dunia bisnis di industri. Atau lebih
tepatnya sinergi dari pihak-pihak tersebut diperlukan untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik. Pemerintah sebagai regulator menetapkan standar
produk untuk melindungi konsumen dan ketentuan investasi bagi industri serta
menentukan rencana pengembangan teknologi dan pembiayaan riset bagi ilmuwan di
dunia akademik. Begitu pula akademisi
menghasilkan hasil riset bagi pengembangan industri serta memberikan advokasi
tentang pendidikan riset kepada pemerintah.
Di dalam suatu
industri, selalu ada tuntutan untuk
meningkatkan produktivitas. Produktivitas dapat meningkat jika engineer dapat
memaksimalkan kombinasi dari total cost,
time to market, dan quality. Untuk menjadi seorang engineer
yang berkualitas maka diperlukan atribut baik hard skill maupun soft skill.
Hard skill meliputi Pengetahuan tentang dasar-dasar engineering, pengetahuan di
luar engineering, maupun spesialisasi pada bidang tertentu. Sedangkan Soft
skill meliputi fleksibilitas, kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan,
komitmen, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerja dalam multidisiplin ilmu,
berpikir kritis, problem solving, dan berpikir detail.
Saat seorang
mahasiswa dari jurusan teknik lulus dan menjadi seorang fresh graduate, biasanya terdapat Gap yang harus mereka atasi untuk dapat menjadi seorang profesional
engineer. Seorang fresh graduate
memiliki spesialisasi yang telah ditentukan oleh jurusan tempat mereka menimba
ilmu selama kuliah. Sedangkan dalam dunia kerja, spesialisasi didapatkan
berdasarkan pengalaman seorang engineer selama mengikuti berbagai project. Hal ini menyebabkan adanya
ketidakcocokan antara spesialisasi seorang fresh graduate dengan spesialisasi
yang harus dihadapi ketika telah bekerja. Pengetahuan teoretik yang didapatkan
selama kuliah juga tidak realistis jika diterapkan di dunia kerja yang lebih
mengutamakan pengetahuan dari pengalaman. Hal tersebut berimbas pula pada
benturan antara ketidaksesuaian hasil simulasi dan riset dengan keadaan di
‘lapangan’ akibat terlalu banyak variabel eksternal di kondisi real industri yang sebelumnya dianggap
tidak ada pada saat simulasi. Saat masih kuliah mahasiswa dituntut untuk ahli
di bidang tertentu sehingga terkadang melupakan dasar-dasar dari ilmu yang
sederhana padahal di dunia kerja fundamental
engineering sangat penting dibanding kemampuan satu bidang saat kuliah.
Mahasiswa terbiasa memandang permasalahan dalam satu perspektif sedangkan dalam
dunia kerja engineer dituntut untuk bisa berpikir secara multidisiplin. Cara
untuk mengatasi Gap yang ada adalah
belajar dari pengalaman yang didapat selama bekerja dan terus meningkatkan
pengetahuan dengan belajar.
Dalam dunia engineering,
terdapat bidang yang dinamakan traditional
engineering yaitu mechanical,
electrical, civil, computer, software, dan chemical. Terdapat perbedaan
yang sangat mencolok antara traditional
engineering dengan integrated
engineering. Traditional engineering biasanya memiliki bidang sempit sesuai
spesialisasinya sedangkan integrated
engineering lebih bersifat luas dan multidisiplin. Traditional engineering memiliki kemampuan yang dalam di bidangnya
dan biasanya telah kompeten di bidangnya bahkan sebelum memiliki pengalaman
bekerja sedangkan integrated engineering lebih
mengandalkan basic knowledge dan
fokus pada fundamental engineering
sehingga spesialisasi yang dimiliki didapatkan dari pengalaman atau pendidikan
lebih lanjut.
Untuk mengatasi
perbedaan yang sangat mencolok antar traditional
engineering seorang ‘generalis’ dapat menggunakan pendekatan integrasi.
Contohnya arus listrik pada electrical
yang dapat dianalogikan sebagai flow
pada mechanical dan heat flow pada HVAC. Contoh lain adalah tegangan listrik yang dapat dianalogikan
menjadi tekanan pada mechanical dan
temperatur pada HVAC. Keuntungan
menjadi integrated engineer sangat banyak diantaranya kesempatan kerja
luas, dapat memandang masalah dari sudut pandang global, memiliki perspektif
multidisiplin, serta dasar pengetahuan yang kuat. Integrated engineer juga memiliki kesempatan berkembang terutama
dalam hal spesialisasi bidang. Salah satu contoh bidang integrated engineering adalah jurusan Teknik Fisika ITB.
Untuk menghadapi
dunia kerja, lulusan teknik fisika yang pada dasarnya adalah seorang
‘generalis’ dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki jika selalu berpikir
strategis tapi beraksi secara taktis. Selain itu, karena kelebihannya sebagai
seorang yang memiliki pandangan luas dan multi perspektif seorang lulusan
teknik fisika memiliki kesempatan yang sangat besar untuk membuat diri mereka
tidak tergantikan dan selalu mampu bekerja dalam tim.Tantangan yang dihadapi
lulusan teknik fisika sangat banyak terutama karena jurusan ini langka dan
sebagian besar khalayak tidak tahu secara ‘benar’. Oleh karena itu, lulusan
teknik fisika harus bekerja keras dan selalu mengembangkan diri. Strong
basic leads to strong knowledge, just need to dig deeper because the basic is
there. So, play smart!
*Tulisan ini
dibuat untuk memenuhi tugas kuliah kapita selekta dengan pembicara Bapak Adhi
Winata Skin Care & Deodorant Manager, Unilever Teknik Fisika ITB angkatan
2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar